Kamis, 14 April 2016

Menebus Janji

Saya bisa menyalahkan itu di langit, seperti di twilight abu-abu langit sore ini. Mungkin tidak bisa menyalahkan awan, karena langit ia bertingkat gundala, sampai satu per satu rintikan air jatuh memukul daratan saya pijakan. Atau harus saya menyalahkan waktu? Mengapa harus senja ini saya mengambil janji saya? Atau harus saya nodai menjanjikan karena hujaman air ini? Tepat di dalam halte menghentikan angkutan umum yang saya tertangkap. Hujan tidak pernah mereda, sementara tubuh saya sudah menggigil tidak terjebak. Benar-benar akan senang saya tembus deraian air hujan, tapi rasanya seperti tubuh saya tampak beku, kakiku kaku dan terasa sangat berat untuk melangkah, sebagai tertanam di emperan tempat penampungan perlindungan.



Aku menatap langit-langit, berharap rinai-rinai air akan sedikit melunak. Sementara diparkir, sepedaku depan mata-Ku menjadi basah terguyur hujan. "Ah, bagaimana ini?" pekikku lembut bernada sedih dariaan kecewa. Aku tidak bisa memberikan Berita pada seseorang yang mungkin ada menantiku di ujung jalan. Tidak ada lagi bahwa aku membawa hal-hal lain daripada sepeda di depan saya. Semua yang terkikis karena diambil oleh pencopet yang dengan lihainya mengambil sebuah tas yang tersimpan di belakang tubuh saya di dalamnya berhenti tanpa saya bahkan mengetahui. Meskipun itu hanya bisa menjadi saya berkilah karena hujan dan pencopet, tapi masih aku tidak mau disebut sebagai seorang munafik yang melukai janjiNya. Melukai janji yang berisi bahwa saya akan bertemu dengannya. Janji yang akan membawa bersama Sekar dan Ranu jalan yang ada. Tapi, saya adalah seorang wanita. Wanita yang tidak terlalu kuat menembus hujan rinaian. Wanita yang sudah tidak mampu mengayuhkan sepedanya lebih lanjut.

Sementara dengan tubuh masih menggigil, aku teringat kata-kata laras akan sahabat saya pagi ini. Dalam string hukumannya, dia berbicara, "Sekar, mungkin tidak memenuhi Anda nanti sore harus laki-laki. Kelihatannya seperti itu akan hujan sore ini, bahwa ia harus bertemu dengan Anda. Anda adalah perempuan saya, dan dia adalah seorang laki-laki. Meskipun mungkin ia bukanlah seorang yang gemuk kemudian bahwa sore mampu berjuang melalui hujan dan petir, tetapi ia tetap orang yang harus siap untuk berkorban, khusus untuk Anda. Wanita yang telah lama menjaga hati untuknya, "Ah, mungkin laras tepat. Dan dalam waktu yang singkat, aku merasa terganggu oleh kata-kata.

Rasanya sesak, kecewa, jengkel juga. Saya cemberut di hati. Aku harus memilikinya berjalan tanpa bertemu pria itu twilight. Apa yang saya harapkan dari itu? Keprihatinan yang mengarah ke kekecewaan saya lagi? Dia tidak bisa membawa pelangi seperti yang saya pinta. Dari hari pertama ia adalah selalu mengacuhkanku. Jangan diingat bahwa susah payah saya menjaga hatiku keluar baginya. Ia tidak pernah peduli dengan nyeri harapan dia selalu kosong. Dan malam ini, dia ingin aku bertemu dengannya di ujung jalan itu. Beruang sekali laki-laki.

Dengan penyesalan dan kemarahan, aku berdiri. Kukatakan dalam hati saya, "laras benar, saya baru saja bertemu dengannya di ujung jalan sana. Bisa jadi ia hanya memberikan harapan bahwa tak berujung kekecewaan lagi bagi saya. Saya tidak ingin rasa sesak dan nyeri tekan hatiku lagi karena berharap kosong, "kecelakaan mendayung saya dan mulai sepedaku dengan kuat dan cepat. Benar-benar penuh sesak sebagai neraka. Memori dalam pikiran saya mulai terisi penuh dengan berpikir buruk tentang seorang pria yang bisa tidak mungkin menggigit saya itu. "Salahmu Sekar, sering mengingatkan saya bahwa Anda tidak berharap banyak. Kau hanya seorang perempuan miskin di keremangan senja ini terkutuk dengan kekecewaan, "kata-kata yang terucap kemudian dan eksternal cringing amat membuat tercekat dada saya.

Bulir-bulir hujan terasa memiliki mata merabunkan dan pikiran saya. Bahkan saya tidak hanya mengabaikan puluhan orang yang mencibir karena mengayuh Sepeda jatuh melihat saya di tengah-tengah pertempuran hujan dan angin yang kuat. Aku tahu, hatiku sakit begitu muak. Miliaran menusuk-nusuk relung hati saya tampaknya jarum secara biadab. Tidak peduli tentang kemunafikan menyergapku saya. Tak seorang pun akan peduli tentang penilaian saya apa pun aku bisa setelah saya noda janjiku sendiri. "Sungguh, aku tidak mengerti, sangat sakit. Biarkan senjakala abu-abu saksi ini, bahwa saya, seorang perempuan miskin, adalah Sekar jadi munafik. Terhormat janji, tapi itu tidak mampu menggapainya. Tapi apa, aku hanya tidak ingin salah satu lebih kecewa harapan kosong dan tak menentu, "Aku berteriak dalam pertempuran hujan, menangis, melalui hujan, mengalahkan badai. Sampai aku lulus dari twilight abu-abu.

19 Desember, tepat satu bulan setelah peristiwa yang abu-abu senja. Telah lama kesedihanku hanyutkan yang menyentak di tetesan air harapan di pelupuk mata. Telah lelah saya memberitahu Anda pada catatan lembar demi lembar kesedihan saya tentang abu-abu senja dan laki-laki. Toko saya memiliki rapi mencekik dalam memori sejarah masa lalu bahwa saya tidak perlu mengambil rasa sakit. Namun, sampai langit mulai mematangkan, hati kecilku masih ditunggu. Meskipun akal dan pikiran saya terhadap semua itu.
       

0 komentar

Posting Komentar